Kamis, 05 Mei 2011

KEGALAUAN AKAN KE-INDONESIA-AN


Ketika ke-Indonesia-an itu kembali digoyang. Saban hari peristiwa-peristiwa yang mengusik kebersamaan atau ke-bhineka-an kita sebagai bangsa, hadir tiada henti. Mulai dari peristiwa melarang mendirikan rumah ibadat, melarang mengadakan ibadat, menyebarkan kebencian dengan dalil agama, aksi teror yang bermotifkan agama dan yang teraktual yakni kasus NII (Negara Islam Indonesia). Hampir semuanya bermuara pada satu sumbu, yaitu AGAMA.

Pertanyaannya, apakah AGAMA adalah sumber kedamaian atau justru pemicu konflik bagi umat manusia? Apakah para pemi pin agama ada? ataukah yang ada hanyalah pengkotbah agama? Apakah pemimpin agama telah benar menebarkan ajarannya bagi keselamatan umat manusia? ENTALAH.

Mendengar kata-kata Negara Islam Indonesia, bulu kuduk saya langsung merinding. Khayalan nakal saya mulai mengawang-awang, apa jadinya Indonesai kedepan, jika apa yang sekarang diinginkan oleh sekelompok orang akan menjadi kenyataan? Seperti apakah Indonesia lima tahun lagi?

Pertanyaan - pertanyaan tersebut beruntun mampir dalam alam sadar saya, dengan melihat realita yang ada akhir-kahir ini. Dalam kasus NII misalnya, pemerintah sepertinya melihat NII bukan merupakan masalah serius bagi bangsa ini. Jika dibandingkan gerakan-gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) misalnya ataupun gerakan-gerakan separatis yang lainnya?, pemerintah begitu agresif membasminya. Sangat jelas disini, pemerintah menjadi tidak adil dalam menghadapi setiap aktifitas sesama anak bangsa.

Menilik keberadaan NII, bahayanya jauh lebih besar bagi keutuhan bangsa ini jika dibandingkan dengan gerakan separatis yang jelas dan nyata, seperti OPM. NII dengan metode yang sangat rapi, tanpa kekerasan, menyusup hampir disetiap elemen bangsa, ternyata bukan merupakan sebuah gerakan yang serius bagi Pemerintah.Pertanyaannya adalah; apakah pemimpin sekarang masih ada? ataukah yang ada hanyalah penguasa?

Merajut ke-Indonesia-an dalam keberagaman nampaknya masih merupakan kerja besar dan melalui jalan yang berkelok-kelok. Salah rajutan akan membuat bangsa ini hancur berantakan. Eratkan harapan, walaupun sang pemimpin masih jauh dibelakang sana. Indonesai tidak membutuhkan penguasa tetapi pemimpin. Mari, jadilah pemipimn bagi diri sendiri menuju Indonesia satu melalui PANCASILA.