Kamis, 28 Februari 2013

Pentingkah Budaya Perusahan?


Ketika kita melihat cara kerja seorang karyawan, kita dapat menilainya, "itu pasti  karyawan perusahaan A". Atau ketika kita merasakan kinerja seorang karyawan, yang proses kerjanya sangat lambat, lantas kita bergumam, ooh tidak heran, memang budaya kerja mereka lamban. Jadi kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi aturan atau nilai yang melekat pada diri karyawan.

Secara sederhana  budaya perusahaan sering kita konotasikan sebagai kebiasaan-kebiasaan kita di perusahaan. Misalnya, tepat pukul 08.00, semua karyawan sudah harus berada ditempatnya dan mulai bekerja.

Atau setiap hari Senin sampai hari Kamis, semua karyawan harus berpakaian rapi dan memakai dasi  (kecuali, teknisi, OB,Driver dan sejenisnya). Setiap hari karyawan tidak diperkenankan bekerja lembur atau membawa pekerjaan kantor ke rumah.

Kebiasaan-kebiasaan sederhana tersebut akan menjadi identitas perusahaan, yang dapat menjadi nilai atau aturan-aturan yang tidak tertulis, yang secara sadar atau pun tidak, akan selalu diterapkan oleh karyawan, baik di kantor, di luar kantor (rumah) ataupun dikantor lain, jika karyawan tersebut pindah.   

 Budaya Perusahaan

Menurut Schein, H. (1992:12): Budaya perusahaan sebagai suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki kesinambungan.


Budaya adalah kompleks nilai, gagasan, sikap, dan simbol lain yang bermakna yang melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya dan nilai-nilai diteruskan dari satu generasi kegenerasi yang lain   

Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa dari sikap perilaku yang lebih penting yang dipengaruhi oleh budaya adalah sebagai berikut:
  1. Rasa diri dan ruang
  2. Komunikasi dan bahasa
  3. Pakaian dan penampilan
  4. Makanan dan kebiasaan makan
  5. Waktu dan kesadaran akan waktu
  6. Hubungan (keluarga, orgaisasi, pemerintah, dan sebagainya)
  7. Nilai dan norma
  8. Kepercayaan dan sikap
  9. Proses mental dan pembelajaran
  10. Kebiasaan kerja dan praktek
Budaya perusahaan  menurut Denison mempunyai pengaruh terhadap keefektifan suatu organisasi. Budaya perusahaan  dapat dilihat dari aspek rasa Keterlibatan (involvement), Konsistensi (consistency), Adaptabilitas (adaptability), dan Misi (mission).
 1.    Keterlibatan (involvement)
Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan rasa tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab tersebut akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang terbuka.
2.    Konsistensi (consistency)
Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang perlu dipahami oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut meliputi masalah komunikasi, kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan, toleransi, penghargaan terhadap prestasi. Komunikasi merupakan sesuatu yang penting, karena komunikasi mempunyai unsur-unsur antara lain: (1) Suatu kegiatan untuk  membuat seseorang mengerti,(2)  Suatu sarana pengaliran informasi, (3) Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
Selain itu, kerjasama harus dibiasakan, karena akan  mempermudah pencapaian tujuan. Penghargaan terhadap prestasi yang dicapai, harus dibentuk dalam format yang baik, dan tepat, agar dapat dijadikan motivasi dalam bekerja.
3.    Adaptabilitas (adaptability)
Adaptabilitas di dalam perusahaan sangat penting terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan, tuntutan konsumen terhadap produksi perusahaan. Adaptabilitas  tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga sebagai tantangan pengembangan perusahaan.
4.    Misi (mission)
Hal ini menekankan pada pentingnya kejelasan misi dan tujuan dari suatu organisasi bagi para anggotanya. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian akan misi memberikan dua pengaruh utama pada fungsi organisasi, yaitu : a) Misi memberi kegunaan dan arti yang menentukan peran sosial dan tujuan ekstra dari suatu lembaga dan individu dari lembaga tersebut. . b) Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada tingkat individu, ada rasa percaya bahwa kesuksesan organisasi membutuhkan adanya koordinasi yang merupakan hasil dari menentukan tujuan bersama.

Kinerja Perusahan


Budaya perusahaan, yang membentuk identitas, nilai, karakter yang melekat dalam diri karyawan, secara langsung akan mempengaruhi cara kerja setiap karyawan. Cara kerja setiap karyawan tersebut pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Semakin kuat budaya sebuah perusahaan dibentuk, maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan tidak memiliki budaya perusahaan yang jelas, maka dengan sendirinya akan melemahkan kinerja perusahan tersebut. 

Selasa, 19 Februari 2013

Ethos Kerja Pemimpin dan Kinerja Perusahaan



Pemimpin yang efektif berada di depan. Ia tidak mendekam di kantor, tetapi pergi ke luar, menemui orang-orang, dan mendengarkan kisah-kisah mereka.
--Richard BransonPendiri grup bisnis Virgin yang menaungi lebih dari 400 perusahaan, salah seorang pria terkaya di dunia.


Pertanyaan yang paling krusial berkaitan dengan kepemimpinan dalam sebuah perusahaan adalah apakah pemimpin memiliki peran kunci dalam memajukan perusahaan. Kalau pemimpin perusahan memiliki  fungsi dan kedudukan yang strategis dalam menentukan maju mundurnya sebuah perusahaan, lantas  ethos seperti apa yang diharapkan darinya.

Bahwa seorang pemimpin harus memiliki ethos yang jelas dan tegas, sehingga kinerja yang dihasilkan juga memiliki ukuran dan takaran yang jelas. Dalam mewujudkan kinerja yang jelas dan tegas tersebut, maka capain hasil dalam seluruh aktifitas perusahaan  juga menjadi jelas, tegas dan terukur. 

Peter Druker, Bapak Manajemen Abad 20, mendefinisikan kepemimpinan adalah usaha mengangkat visi kelompok ke level yang lebih tinggi, meningkatkan kinerja mereka ke tingkat yang lebih baik, serta membangun kompetensi mereka melampaui batas-batas yang biasa.

Jika demikian adanya, maka ethos seorang pemimpin perusahan akan sangat berdampak nyata pada peningkatan kinerja perusahan.

Ethos menurut Adolf Heuken adalah keseluruhan kesadaran akan yang baik dan jahat, pandangan dan sikap terhadap nilai, dasar dan pola tinggkah laku. Singkatnya, “ethos” adalah semangat yang mendasari cara hidup dan bertindak. Menurut Heuken ethos merupakan sesuatu yang terdapat dalam masyarakat dan kelompok profesi. Setiap masyarakat dan lingkungan kebudayaan memiliki ethos yang berwarna khusus.

Menurut Bertens, karena ethos merupakan suasana khas dalam suatu kelompok, bangsa atau system maka muncullah istilah ethos kerja, ethos profesi dll. Suasana khas ini dibentuk oleh banyak sikap dan sifat, dan dipahami dalam arti baik secara moral.

Eka Dharmaputra, memberi penegasan bahwa ethos itu suatu system nilai yang kita pegangi secara fungsional. Fungsional karena benar-benar sesuatu yang mendasari, mengisi dan mengarahkan tindakan. Ethos itu adalah semacam nilai yang membudaya dalam sebuah masyarakat.

Berfungsinya  mandat seorang  pemimpin perusahan dalam sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh ethos kerja para pemimpin perusahan itu sendiri. Ethos kerja pemimpin perusahaan bukan hanya ditunjukan dengan rutinitas  berjalannya roda organisasi perusahaan dari hari ke hari, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana ethos kerja tersebut diwujudkan dengan meningkatknya kinerja perusahaan. Bertambahnya laba usaha  perusahan atau meningkatnya harga saham perusahan tersebut.

Kinerja perusahaan akan semakin membaik takkala pemimpin perusahaan mampu menerjemahkan visi dan misi perusahaan, mampu menjabarkan dan menjalankan tujuan dari pemegang kepentingan (saham). Ketika pemimpin perusahaan tidak memiliki ethos kerja yang jelas dan terukur,  maka kinerja perusahaanpun tidak akan membaik atau justru menurun.

Sehingga semakin baik ethos kerja para pemimpin perusahaan maka dengan sendirinya kinerja perusahanpun akan semakin membaik dan meningkat.